Selasa, 29 November 2011

MEMAHAMI DAN MENGUSAHAKAN KESEHATAN


[Catatan dari Pelatihan Kesehatan Dasar dan Workshop Tanaman Berkhasiat Obat di Desa Gunungsari]
Kesehatan itu mahal, tapi juga disepelekan. Jika kita sakit, hingga harus dirawat ke rumah sakit, maka harus banyak biaya yang dikeluarkan. Apalagi rumah sakit tidak ada di desa. Rumah sakit hanya ada di kota. Kita semua tidak mengerti bagaimana sebenarnya konsepnya. Padahal angka kesakitan pasti lebih banyak di desa daripada di kota. Orang desa harus pergi ke kota jika hendak berobat ke rumah sakit. Karena pengetahuan dan kesadaran soal kesehatan yang minim, ditambah dengan fasilitas yang tidak memadai, banyak orang desa yang baru bersedia berurusan dengan dokter dan rumah sakit jika kondisi sakitnya sudah parah. Sering terjadi orang desa meninggal diperjalanan menuju rumah sakit karena terlambat mendapatkan pertolongan.

Di sisi lain, karena minimnya pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan yang informal dan swadaya menjamur. Sayangnya praktik itu tidak diinisiasi oleh praktisi kesehatan, akan tetapi malah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat sebagai lahan bisinis baru. Maka menjamurlah warung obat. di desa-desa di Kabupaten Pati, hampir rata-rata memiliki warung atau toko yang salah satu dagangannya adalah obat-obatan. Memang biasanya obat-obatan yang dijual adalah obat bebas. Akan tetapi tidak jarang kita juga menemukan obat yang seharusnya tidak boleh dijual bebas juga beredar di warung dan toko di desa-desa. Persoalan berikutnya adalah perilaku masyarakat. Mulai dari perilaku minum obat hingga perilaku menyimpan obat. Banyak masyarakat yang mengalami gajala penyakit tertentu melakukan praktik konsumsi obat tanpa aturan; tidak bersedia membaca petunjuk dan efek sampingnya bahkan kadang melakukan konsumsi yang berlebihan. Asumsinya, jika minum satu tablet obat keluhannya berkurang, maka minum dua tablet keluhannya akan hilang.

Praktik menyimpan obat yang salah juga terjadi. Obat disimpan ditempat yang lembab, dicampur dengan benda-benda lain yang tidak semestinya. Di warung dan di toko, bahkan obat diperdagangkan dengan model dipamerkan tanpa pelapis dan perlindungan dari sinar matahari. Padahal kebanyakan pada kemasan obat terdapat anjuran: simpanlah ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari!. Ilustrasi diatas yang mengilhami Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) melakukan penguatan kapasitas masyarakat terkait dengan kesehatan. Penguatan kapasitas ini dilakukan melalui pelatihan kesehatan dasar dan loka karya tentang tanaman yang berkhasiat obat. Kegiatan pelatihan dan loka karya dilaksanakan tanggal 09 – 10 Oktober 2011. Kegiatan ini dilaksanakan di rumah ibu Sulastri; salah satu pengurus Kelompok Perempuan Sejahtera Dukuh Pangonan Desa Gunungsari Kecamatan Tlogowungu-Pati. Pelatihan diikuti oleh 27 peserta; yakni 5 orang dari Kelompok Tani  Sumber Makmur Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal, 6 orang dari Kelompok Nelayan Bino Makmur Desa Keboromo Kecamatan Tayu, 6 orang dari Kelompok Nelayan Sejahtera Desa Sambiroto Kecamatan Tayu, 5 orang anggota Kelompok Tani Sumber Makmur Desa Jrahi Kec. Gunungwungkal serta 5 orang pengurus dan anggota Kelompok Perempuan Sejahtera Desa Gunungsari.

Pelatihan hari pertama,  peserta diajak untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang popular di wilayah masing-masing. Selanjutnya peserta diberika materi terkait dengan persoalan kesehatan dasar dan penggunaan obat secara rasional. Proses kegiatan ini difasilitasi oleh Dokter Manik Kharismayekti. Pada pelatihan hari kedua, peserta diajak mengenali tentang berbagai tanaman obat yang popular di gunakan di masing-masing desa. Peserta diminta untuk membawa contoh tanaman obat yang biasa digunakan serta diminta untuk menjelaskan apa kegunaannya dan bagaimana meramunya. Selanjutnya peserta diberikan pelatihan tentang membuat minuman tradisional instant; diantaranya jahe instant dan kunir instant. Acara pada hari kedua difasilitasi oleh Kristina yang merupakan pendamping masyarakat untuk isu kesehatan Yayasan SHEEP Indonesia (YSI) di secretariat program Aceh Tmur.
Pelatihan yang pesertanya didominasi kaum perempuan ini, menurut peserta banyak sekali kejutan-kejutan. Kejutan ini terkait dengan persoalan perilaku keseharian mereka dalam mengkonsumsi dan menyimpan obat. Berbagai obat yang harusnya tidak dijual dan dikonsumsi secara bebas, masyarakat bisa mendapatkannya dnegan mudah di warung dan toko-toko. Kadang  di warung dan toko-toko juga menyediakan obat-obat racikan. Kebanyakan untuk sakit gigi dan penyakit-penyakit yang terkait dengan gangguan sendi dan tulang.

Antusiasme peserta pelatihan semakin bertambah pada saat melakukan praktik membuat jahe instant dan kunir instant. Apalagi, hasil praktik itu kemudian dikemas sesuai jumlah peserta. Selanjutnya hasil pelatihan itu dibawa pulang ke rumah masing-masing untuk oleh-oleh keluarga dirumah.
Semoga dengan meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan tentang kesehatan dasar dan tanaman berkhasiat obat. Organisasi masyarakat basis bisa semakin eksis. Keluarga mereka juga semakin sehat, bahagia dan mandiri. (Heny)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar