Hari Minggu jam 08.30 WIB, 20 Nopember 2011 di halaman Masjid Dukuh Sampang Desa Tondomulyo, 21 anak usia sekolah SD (sekolah dasar) dan SMP (sekolah menengah pertama) berkumpul. Mereka berasal dari 4 desa; yakni Desa Karangrowo dan Tondomulyo Kecamatan jakenan, Desa Gadingrejo Kecamatan Juwana serta Desa Sugiharjo Kecamatan Pati. Desa-desa ini merupakan desa yang berada di pinggir Sungai Juwana sekaligus merupakan desa langganan banjir.
Anak-anak itu perupakan perwakilan dari desa yang diutus dan dipilih untuk mengikuti Pelatihan Kesehatan Dasar dan Pertolongan Pertama. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Yayasan SHEEP Indonesia (YSI). Kegiatan ini merupakan usaha YSI untuk mengembangkan kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana banjir Sungai Juwana.
“Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan setelah ibu hamil. Biasanya pada saat banjir mereka paling gampang terserang penyakit dan mengalami kecelakaan. Oleh karena itu-lah kegiatan ini kami lakukan,” jelas Ari Subekti, staf YSI yang mengorganisir acara ini.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Dokter Manik Kharismayekti dari YSI. Dokter Manik (begitu sapaan akrabnya) merupakan dokter yang selama ini banyak bekerja diwilayah bencana bersama YSI. Hampir disetiap kejadian bencana di Indonesia yang direspon oleh YSI dokter lulusan Universitas Gajahmada (UGM) Jokjakarta ini selalu terlibat.
Pengalamannya memberikan pelatihan bagi anak-anak di banyak tempat, membuat dokter ini mampu menciptakan suasana pelatihan menyenangkan. Pelatihan ini oleh Dokter Manik dan Tim Fasilitator YSI didesain dengan model belajar sambil bermain. Pelatihan disetting dengan model pemahaman materi di kelas, praktik dan study kasus dilapangan.
Terkait dengan study kasus dilapangan, peserta diajak berkeliling Desa Tondomulyo. Route perjalanan didesain agar mereka melewati tempat-tempat yang berhubungan dengan ancaman banjir dan layanan kesehatan. di pos-pos itu, peserta mendapatkan tugas. Di pos pertama, peserta diminta berhenti dilokasi genangan air yang penuh sampah, lalu peserta diminta memberikan komentar tertulis tentang dampak genangan air dan sampah bagi kesehatan. Pos kedua, peserta diajak melewati warung dan toko yang ada di desa, lalu disetiap warung dan toko, peserta diminta melakukan wawancara kepada pemilik warung dan toko apakah menjual obat dan jenis obat apa saja yang dijual. Pos ketiga, peserta diminta mengunjungi beberapa fasilitas umum; seperti tiang listrik dan gardu poskamling yang terdapat tanda ketinggian banjir yang sudah pernah dibuat oleh kelompok anak di Desa Tondomulyo. Peserta diminta menjelaskan terkait dengan kegunaan tanda ketinggain banjir itu.
Terkait dengan pelatihan di kelas dan praktik, peserta diberikan pemahaman soal kesehatan dasar dan pertolongan pertama. Peserta dikenalkan dengan anatomi tubuh manusia. Bagian tubuh apa yang paling rentan dan mudah terserang penyakit serta kecelakaan dan cara-cara mengatasinya. Setelah peserta mendapatkan materi, lalu mereka diminta melakukan praktik. Diantara praktik yang dilakukan adalah: dimulai dari hal-hal yang selama ini dianggap sepele; misalnya bagaimana cara mencuci tangan yang benar, bagaimana cara mengatasi jika tersengat lebah, terkena ulat bulu, disengat kalajengking, terkena kulit keong, luka karena menginjak pecahan kaca, gelas atau piring hingga digigit anjing. Selanjutnya peserta juga belajar bagaimana cara memberikan pertolongan pada pasien parah tulang dan pingsan.
“Pengenalan masalah kesehatan dan pertolongan pertama bagi anak-anak sangat penting. Terutama bagi anak-anak yang hidup di wilayah rawan bencana. Dengan pemahaman dan ketrampilan yang baik, anak-anak akan mampu mengusahakan kesehatannya sendiri. Bahkan bisa jadi mereka yang akan mengingatkan keluarga dan orang tuanya terkait dengan bagaimana menciptakan lingkungan yang sehat dan terhindar dari penyakit,” kata Dokter Manik.
Bagi peserta pelatihan, kegiatan ini merupakan hal baru. “Saya senang bisa mengikuti pelatihan ini. Disekolah tidak ada. Ada kegiatan dokter kecil, tapi pelatihannya tidak seperti ini,” ujar Leni Cahyani (11 tahun) peserta dari Desa Karangrowo.
Pelatihan berakhir sekitar jam 14.00 WIB. Setelah pelatihan selesai, peserta diberikan buku kerja. Selama satu bulan setelah pelatihan, peserta diminta mencatat peristiwa dilingkungan mereka yang berhubungan dengan materi pelatihan. Selanjutnya akan dilakukan evaluasi bersama Tim Fasilitator dari YSI. Beberapa orang tua juga terlihat antusias menyaksikan pelatihan ini. Mereka berharap kegiatan pelatihan tidak hanya dilakukan satu kali. Perlu dilakukan beberapa kali agar anak-anak lain yang belum terlibat bisa dilatih juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar